Rabu, 06 Januari 2010

emotion

Emosi adalah suatu perasaan yang amat mendalam.
UKURAN EMOSI DAN KECERDASAN EMOSI (Emotional Quotient & Emotional Intelligence)
Kecerdasan emosi adalah suatu himpunan kemampuan mental yang membantu kita mengenal pasti dan memahami perasaan kita dan perasaan orang lain.

Ada dua bagian dalam kecerdasan emosi
Bagian pertama melibatkan emosi pemahaman intelektual.
Bagian kedua melibatkan emosi yang menjangkau ke dalam sistem intelektual dan menghasilkan pemikiran dan ide kreatif.

Dapatkah kecerdasan emosi dipelajari?
Seandainya kecerdasan emosi itu sama seperti kemahiran yang lain maka ia terbentuk sebagiannya oleh genetik dan sebagian lagi oleh lingkungan sekitarnya.
Sebelum munculnya konsep kecerdasan emosi (bermula sejak 1990) kecerdasan lazimya dikaitkan dengan suatu kemampuan yang semula jadi, yang dilahirkan bersama seseorang itu – yang lebih dikenali sebagai IQ (Intelligent Quotient). Dalam IQ apa yang diukur adalah kemampuan seseorang menyelesaikan masalah menurut kaedah pentaakulan (reasoning).

sejarah
Pada tahun 1990 Dr. John D. Mayer dan Dr. Peter Salovey
mereka telah secara formal mendefinisikan kecerdasan emosi, dan pertama kalinya menunjukkan bahwa kemampuan melaksanakan sesuatu tugas dapat digunakan untuk mengukur kecerdeasan emosi.

pada tahun 1995 Dr. Daniel Goleman
buku berjudul Emotional Intelligence, dan ini telah menarik perhatian banyak orang sehingga menjadi populer dan dikaji oleh banyak orang.
Menurut buku Emotional Inelligence yang ditulis oleh Goleman itu, terdapat bukti kecerdasan emosi amat bekuasa bahkan lebih berkuasa daripada IQ dalam sebarang domain kehidupan manusia. Dengan kata lain, kecerdasan emosi lebih mampu mencorakkan kehidupan manusia daripada kecerdasan azali (sedia ada).

Mayer J.D. (1997),
kecerdasan emosi (emotional intelligence) sebagai upaya untuk mentaakul dengan emosi dalam empat perkara: persepsi emosi, menyepadukan emosi dalam pemikiran, memahami emosi dan mengatur emosi.

Pada hari ini apa yang dimaksudkan dengan kecerdasan emosi telah diperluas lagi dan didefinisikan oleh penulis popular dengan beberapa cara – biasanya sebagai suatu acuan ciri-ciri personaliti, seperti “kemahiran empathi, motivasi, persistence,

Persepsi Emosi
Cara kita mempersepsi emosi akan menentukan tahap interaksi kita dengan orang lain. Emosi dapat dikesan dengan dua cara utama, yaitu, (i) melalui bahasa lisan, dan (ii) melalui bahasa bukan lisan.

(i) melalui bahasa lisan, dan
Bahasa lisan termasuk kata-kata yang digunakan, nada suara, dan metaphor (peribahasa). Umpamanya, “Bunuh jangan lepaskan dia” membawa makna yang berbeda apabila diungkapkan dengan gaya yang berbeda. Nada suara juga boleh ditafsirkan oleh klien menurut persepsinya. Oleh karena itu, maka anda hendaklah berhati-hati memilih kata-kata dan menggunakan nada suara yang memperlihatkan anda memiliki emosi yang stabil dan dapat diterima baik oleh klien.


(ii) melalui bahasa bukan lisan.
Bahasa bukan lisan ataupun bahasa jasmaniah (body language) juga perlu diberi perhatian. Klien kita melihat diri kita dari perspektif keseluruhan tubuh badan kita. Mimik muka kita, mata kita, gerak laku tangan kita, cara kita memandang dirinya, cara senyuman kita dan bahkan cara kita berjalan turut diperhatikan oleh klien kita. Pandangan pertama itu amat penting dan perlu diberi perhatian sepenuhnya. Di samping memakai pakaian yang kemas, bersih dan bergaya klien turut memerhatikan bahasa jasmaniah anda. Anak mata kita juga dapat dibaca dan ditafsir oleh klien, dan itulah sebabnya ada orang yang mengatakan “sekilas ikan di air, tahu jantan betinanya”. Artinya apa yang dipamerkan di luar akan turut mencerminkan yang di dalam diri kita. Anda harus ingat, tidak mudah orang yang pertama kali kita temui mempercayai diri anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar